Jasa Penanaman dan Perawatan Perkebunan Kelapa Sawit Pekanbaru Riau
Pembukaan Areal perkebunan Kelapa Sawit
Perkebunan kelapa sawit dapat dibangun di daerah bekas hutan primer, hutan sekunder, bekas perkebunan tanaman lainnya (misalnya karet, kelapa, kopi, teh) atau daerah bekas padang alang alang. Daerah tersebut tentunya mempunyai tipografi yang sangat beragam: datar, landai, bergelombang atau berbukit bukit. Tetapi yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan pembukaan lahan adalah terjaga nya lapisan oleh (top soil). Langkah pertama dalam rangka penyediaan tempat per tanaman adalah pembukaan daerah tersebut. Urutan pekerjaan dan alat yang digunakan serta teknik pelaksanaan untuk membuka areal sangat tergantung pada keadaan di lapangan.
Areal Hutan
Pembabatan semak dan pohon pohon kecil merupakan langkah pertama pembukaan areal baru. Pekerjaan tersebut dapat dilakukan secara manual dengan tenaga manusia atau dengan alat alat tradisional. Akan tetapi, supaya lebih praktis, baik dari segi tenaga, waktu maupun biaya, saat ini lebih sering dilakukan secara mekanis dengan menggunakan traktor dan buldoser. Penebangan pohon sebaiknya dilakukan ke satu arah. Hasilnya potong potongan untuk mempercepat pengeringan dan mempermudah pembakaran. Hasil tebangan dibiarkan dalam jangka waktu 3-6 bulan. Selanjutnya dikumpulkan dan dibakar.
Areal Alang alang
Pembukaan areal perkebunan kelapa sawit dari areal alang alang dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara mekanis dan secara khemis.
Perkebunan areal alang alang secara mekanis adalah dengan cara membajak dan menggaru. Pembajakan dilakukan 2 kali, sedangkan penggaruan dilakukan 3 kali. Pekerjaan tersebut dilakukan berselang seling dengan antara waktu 2-3 minggu. Bila alang alang masih timbu, perlu diberantas secara khemis dengan herbisida.
Pembukaan areal khemis dilakukan dengan cara menyemprot alat alat dengan racun, antara lain dengan Dalapon atau Glyphosate penyemprotan dengan Dalapon dilakukan tiga tahap dengan interval waktu 3 minggu. Takaran semprot yang digunakan untuk per hektar adalah 1000 liter air dicampur dengan bahan 7,5 kg Dalpon untuk setiap kali penyemprotan, penyemprotan hanya dilakukan bila menggunakan Glyphosate, penyemprotan hanya dilakukan sekali dengan takaran semprot 600-700 liter air yang dicampur dengan 6-7 liter Glyphosate untuk per hektar.
Konversi dan Peremajaan
Konversi adalah pembukaan areal perkebunan kelapa sawit dari bekar perkebunan tanaman lain (kelapa, karet, lada, teh, maupun kopi). Sedangkan peremajaan yaitu pembukaan areal dari bekas perkebunan kelapa sawit yang sudah tua atau tidak produktif lagi. Pembukaan areal perkebunan ini lebih mudah dilakukan sebab jumlah pohon yang akan ditebang relatif sedikit dan dapat dikatakan seragam, jalan jalan dan petak petak kebun juga sudah ada. Cara pembukaannya tergantung pada jenis tanaman asli dan dapat dibuka dengan cara mekanis maupun khemis. Perlu diperhatikan, bahwa untuk mengurangi pembiakan hama/penyakit serta untuk mempercepat, pokok pokok pohon di racun terlebih dahulu sebelum ditebang lalu dikumpulkan dan dibakar.
Setelah pembukaan areal lahan, langkah berikutnya adalah melakukan pekerjaan penyiapan dan pengawetan tanah. Pekerjaan tersebut meliputi pembukaan teras, benteng, rorak, parit drainase dan penanaman tanaman penutup. Pengawetan tersebut dimaksudkan untuk mencegah erosi, mempermudah pelaksanaan panen, memperbaiki penyediaan air tanah, dan mengikat N.
Penanaman
Persiapan Lahan
lahan tanam sebaiknya dibuat 2-3 bulan sebelum tanam. Ukuran lubang tanam ditentukan oleh umur bibit yang akan ditanam, terutama pertumbuhan akarnya dan keadaan tekstur tanah kebun yang akan ditanami. Beberapa ukuran lubang yang biasa dipakai adalah 45 x 45 x 40 cm, 60 x 60 x 50 cm atau 60 x 60 x 60 cm.
Waktu pembuatan lubang tergantung pada keadaan setempat. Apabila tanahnya gembur, pembuatan lubang tanam pada saat musim hujan tidak akan menimbulkan masalah. Akan tetapi, jika hal tersebut dilakukan pada tempat yang mengandung tanah liat, maka lubang akan terisi air sehingga mengganggu waktu penanaman
Umur dan Tinggi Bibit
Umur bibit yang akan ditanam di lapangan tidak sma bila tempat penanaman nya berbeda. Hal ini disebabkan oleh iklim yang sangat mempengaruhi nya. Pemindahan bibit pada umur yang tidak tepat dapat menyebabkan kematian. Bibit dengan umur 12-14 bulan adalah yang terbaik untuk dipindahkan. Bibit yang berumur kurang dari 6 bulan tidak tahan terhadap hama dan penyakit. Sebaliknya, bila melebihi akan menambah biaya dan waktu tanam menjadi lebih lama.
Walaupun umurnya sama, tinggi bibit di pembibitan tidak dapat seragam. Tinggi bibit yang dianjurkan berkisar 70-180 cm. Bibit ini perlu di seleksi sebelum dipindahkan. Bibit yang tingginya kurang dari ukuran yang dianjurkan akan menurunkan produksi, sedangkan bibit yang tingginya lebih dari 180 cm produksinya tidak lebih tinggi dibandingkan tanaman yang berasal dari bibit yang dianjurkan.
Waktu tanam
Persediaan air sangat menentukan waktu tanam sehingga penanaman pada awal musim hujan adalah yang paling tepat. Di daerah yang perbedaan musim hujan dan musim sepanjang tahun. Penanaman yang dilakukan pada musim kemarau dapat menyebabkan kematian, selain itu juga membutuhkan air yang lebih banyak sehingga akan menambah biaya lebih tinggi. Minimal 10 hari setelah penanaman, diharapkan dapat turun hujan secara berturut – turut. Di Indonesia, saat terbaik untuk melakukan penanaman adalah pada bulan Oktober atau November.
Jarak Antar Tanaman
susunan penanaman dan jarak tanam akan menentukan kerapatan tanaman. Kerapatan tanaman merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi tingkat produksi tanaman kelapa sawit. Jarak tanam optimal kelapa sawit adalah 9 m untuk tanah datar dan 8,7 m untuk tanah bergelombang. Susunan penanaman dapat berbentuk bujur sangat, jajaran genjang, atau segi tiga sama sisi. Dari hasil penelitian dan pengamatan, ternyata susunan penanaman dengan bentuk segitiga sama sisi merupakan yang paling ekonomis karena untuk setiap hektar dapat memuat 143 pohon.
Perawatan Tanaman
Salah satu tindakan yang amat penting dalam teknik budidaya tanaman kelapa sawit adalah dengan melakukan perawatan tanaman. Hal ini akan menentukan masa non produktifitasnya. Dengan perawatan yang intensif sejak mulai tanam diharapkan kelapa sawit mempunyai masa non-produktif yang pendek. Dengan demikian, kelapa sawit mampu lebih cepat berproduksi dan tentu saja hal ini akan menguntungkan pihak petani. Dalam arti yang lebih luas, perawatan bukan hanya ditujukan terhadap tanaman saja, tetapi juga tanahnya. Walaupun tanaman dirawat dengan baik, jika dari segi perawatan tanah diabaikan, maka hal tersebut tidak akan banyak memberikan manfaat.
Perawatan tanaman kelapa sawit meliputi beberapa hal, antara lain, penyulaman, penanaman tanaman sela, pemberantasan hama, pemangkasan, pemupukan kastrasi dan penyerbukan buatan.
Penyulaman
Tanaman yang mati atau kurang baik pertumbuhannya harus diganti atau di sulam dengan tanaman baru. Kematian atau kurang baiknya pertumbuhan kelapa sawit dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu penanaman yang kurang teliti, kekeringan, terendam air, terserang hama atau penyakit maupun gangguan lainnya. Suatu penanaman dapat dikatakan berhasil jika jumlah tanaman yang di sulam maksimal 2-3% dari seluruh bibit yang ditanam. Untuk keperluan penyulaman, sangat perlu adanya cadangan bibit. Pada perkebunan besar, jumlah cadangan bibit dapat mencapai 5% dari jumlah bibit yang ditanam
Musim hujan saat yang baik untuk melakukan penyulaman. Bibit yang digunakan sebaiknya seumur dengan tanaman yang di sulam, yaitu yang sudah berumur 12-14 bulan. Untuk itu, agar bibit cadangan dapat mengikuti perkembangan bibit yang di lapangan, maka harus dipindahkan ke kantong plastik yang lebih besar dan dipelihara sebagaimana mestinya. Cara melaksanakan penyulaman sama dengan menanam bibit.
Penanaman Tanaman Sela
Pada saat tanaman kelapa sawit masih muda, disela selanya dapat ditanami berbagai tanaman sela (catch-crop). Tidak semua jenis tanaman dapat ditanam diantara tanaman kelapa sawit. Jenis tanaman yang berumur pendek dan pertumbuhannya tidak mengganggu tanaman pokok dapat dipilih sebagai tanaman sela. Berbagai jenis tanaman Palawija dan sayur sayuran, seperti ketela pohon, ketela rambat, talas, jagung, kacang tanah, kedelai, kacang panjang, kecipir, dll.
Beberapa tanaman keras dan berumur agak panjang diantaranya kopi, cokelat, dan randu dapat juga digunakan sebagai tanaman sela. Penanaman tanaman keras sebagai tanaman sela ini biasanya dilakukan langsung oleh pihak perkebunan. Kegiatan tersebut dapat menguntungkan, paling tidak dapat mengurangi biaya pemeliharaan atau bahkan dapat menambah hasil.
Penanaman tanaman sela harus benar benar diperhatikan. Sebab, kemungkinan menjadi tidak menguntungkan justru mengganggu pertumbuhan tanaman pokok. Seringkali terjadi, para penggarap kebun lebih mementingkan tanaman selanya dan tanaman kelapa sawit sebagai tanaman pokok malah diabaikan. Tentu saja hal ini tidak diinginkan oleh pihak perusahaan.
Pemberantasan Gulma
Pemberantasan gulma atau tanaman liar dalam arti sempit disebut penyiangan. Gulma yang tumbuh disekitar bibit atau tanaman kelapa sawit perlu diberantas sebab merugikan tanaman pokok, bahkan dapat menurunkan produksinya. Penurunan produksi oleh gulma terutama disebabkan adanya kompetisi dalam hal air, unsur hara, cahaya, maupun CO2 . selain itu gulma juga menghambat pertumbuhan tanaman, terutama tanaman muda, dan juga dapat berperan sebagai tanaman inang bagi hama dan penyakit.
Beberapa jenis gulma yang umumnya tumbuh dominan di perkebunan kelapa sawit, baik yang belum maupun sudah menghasilkan adalah sebagai berikut:
– Inperata cylindrica (alang alang) – Mikania micrantha (mikania)
– Paspalum conjugatum ( paitan) – Cyperus rotundus (teki tekian)
– Ottochloa nodosa (Bambu bambuan) – Digitaria sanguinalis (ayam ayaman)
– Ageratum conyzoides (babadotan) – Boreria latifolia (kentangan)
– Boreria laevis (kentangan) – Clidenia hirta (harendong)
– Eupatorium odoratum (putihan) – Axonopus compressus (rumput pahit)
– Mimosa invisa (kucingan) – Panicum repens (lampujangan)
– Cynodondactylon (rumput jahur – dll
Pada dasarnya ada tiga macam pemberantasan gulma yaitu secara mekanis/manual, kimia, dan biologis.
Pemberantasan secara mekanis adalah pemberantasan dengan menggunakan alat dan tenaga secara langsung. Beberapa contoh alat yang digunakan diantaranya sabit, cangkul, dan garpu, pemberantasan mekanis dapat dilakukan dengan cara clean weeding atau penyiangan bersih pada daerah piringan dan selective weeding yaitu penyiangan untuk jenis rumput tertentu, seperti alang alang pemberantasan gulma dapat dilakukan 5-6 kali dalam tahun pertama atau tergantung pada keadaan perkebunan.
Pemberantasan gulma secara kimiawi dilakukan dengan menggunakan obat pemberantas gulma atau herba sida. Keuntungan pemberantasan gulma dengan cara ini adalah penggunaan tenaga kerja yang relatif sedikit. Akan tetapi ada juga kerugian nya karena dapat mengganggu organisme lain dan kelestarian alam. Kelompok herba sida yang banyak dipakai adalah sebagai berikut:
- Paraquat (Gramaxone, Paracol)
- Dalapon (Dowpon, Bosfapon, Pelitapon)
- 3 d Amine (Herbzol, U46 Tordon)
Dosis yang dianjurkan
Jenis Herbasida Dosis /ha Rotasi (bln)
Paraquat 0,8 – 1,0 1/200 l 2-3
Paraquat dieron 0,8 – 1,0 1/200 l 2-3
Gluphosate 0,5 - 0,7 1/200/ 4-5
Pemangkasan
Pemangkasan atau penunasan adalah pembuangan daun daun tua tanaman kelapa sawit. Pada tanaman muda tidak boleh dilakukan pemangkasan, kecuali dengan maksud untuk mengurangi penguapan oleh daun pada saat tanaman akan dipindahkan dari pembibitan ke areal perkebunan.
Pemangkasan tanaman kelapa sawit antara lain bertujuan untuk:
Membantu penyerbukan
Mengurangi penghalangan pembesaran buah dan kehilangan brondolan buah yang terjepit pada pelepah daun, Membantu / memudahkan pada waktu panen. Mengurangi perkembangan epifit dan Untuk keberhasilan kebun.
Pemangkasan dilakukan dengan alat chicel (dodos), egrek (arit bergagang bambu/fiber yang panjang) atau kampak petik, dengan rotasi waktu 6-8 bulan. Untuk tanaman muda yang belum menghasilkan buah, pemangkasan dilakukan 6 bulan sekali yaitu pada dua lingkaran daun dibawah bunga yang terbawah. Sedangkan pada tanaman yang pernah menghasilkan buah, 8 bulan sekali yaitu pada dua lingkaran daun yang tua.
Pemupukan
Pemupukan merupakan salah satu tindakan perawatan tanaman yang sangat penting artinya. Tujuan dari pemupukan adalah menambah ketersediaan unsur hara di dalam tanah agar tanaman dapat menyerapnya sesuai dengan kebutuhan. Jenis pupuk sawit yang digunakan adalah pupuk tunggal atau pupuk majemuk, terutama yang mengandung unsur N, P, dan K, Mg, dan B. Unsur B merupakan salah satu unsur yang cukup penting, terutama pada tanaman muda, sebab kekurangan unsur B dapat menyebabkan kematian tanaman muda. Beberapa jenis pupuk yang dapat digunakan antara lain Urea, TSP, KCL, Kieserite, dan Borax.
Dosis pemupukan untuk masing masing tergantung tempat saling berbeda, tergantung dari tingkat kesuburan tanahnya. Misalnya pada tanah hutan yang baru dibuka, dosis pupuk berbeda dengan daerah pantai yang kesuburan tanahnya relatif rendah. Selain tergantung pada tempatnya, pemupukan kelapa sawit juga tergantung pada umur tanaman. Dosis pemupukan pada tanaman yang belum menghasilkan buah berbeda dengan tanaman yang sudah menghasilkan. Agar diperoleh dosis pemupukan yang tepat, perlu diadakan analisis daun dan tanah, serta pengamatan pertumbuhan tanaman kelapa sawit.
Sedangkan dosis pemupukan pada tanaman yang menghasilkan (TM) yaitu yang berumur antara 7-9 tahun untuk tiap ha/tahun adalah sebagai berikut
- Ammomium Sulfat (SA) 286 kg
- TSP 143 kg
- Kalium Khlorida 357 kg
- Kieserite 143 kg
- Garam borium 7,2 kg
Pemberian pupuk dilakukan 2 kali setahun, yaitu pemupukan pada awal musim hujan (september- oktober), sedangkan pemupukan kedua pada akhir musim hujan (Maret – April).
Pemupukan dilakukan dengan cara menyebarkan pupuk secara merata dalam piringan. Daerah sebaran pupuk pada TBM mulai pada jarak 20 cm dari pokok sampai batas piringan. Sedangkan pada TM, jarak pemupukan semakin jauh dari pokok pohon. Disamping itu, ada cara pemupukan lain yaitu dengan membuat parit disekeliling tanaman, lalu pupuk sawit terrsebut disebarkan dalam parit kemudian ditimbun tanah. Jarak parit ke tanaman pokok semakin jauh sesuai dengan umur tanaman.
Kastrasi
Kastrasi adalah pembuangan bunga, baik bunga jantan maupun bunga betina sebelum areal tersebut dipolinasi. Kastrasi bertujuan untuk merangsang pertumbuhan vegetatif dan menghilangkan sumber infeksi hama penyakit. Dengan dilakukannya kastrasi, maka panenan tahun pertama dianggap seragam, baik berat tandan maupun waktu panennya.
Kastrasi dilakukan ketika bunga baru keluar dr ketiak daun dan sebelum membesar dipotong dengan alat tertentu tanpa melukai batang atau pangkal pelepah daun. Rotasi pekerjaan dilakukan sekali dalam sebulan sehingga bunga yang keluar belum banyak mengambil unsur hara tanaman
Penyerbukan buatan
Seperti yang telah dijelaskan pada tulisan terdahulu sawit merupakan tanaman berumah satu sehingga dalam satu pohon terdapat bunga jantan dan bunga betina, yang terpisah rangkaiannya dan tidak bersamaan waktu pemasakannya. Dengan demikian, penyerbukan secara alami dari segi ekonomis kurang intensif karena jumlah buah yang dihasilkan relatif rendah
Oleh karena itu, untuk mendapatkan tandan dengan ukuran dan jumlah buah yang optimal, harus dibantu dengan penyerbukan buatan (assisted pollination). Selain itu, penyerbukan buatan dilakukan untuk membantu penyerbukan alami yang terganggu karena jumlah bunga jantan kurang atau musim hujan yang panjang. Penyerbukan buatan dapat dilakukan dengan bantuan manusia. Atau dengan bantuan serangga penyerbuk kelapa sawit (SPKS) Elaeidobius kamerunicus.
Penyerbukan dengan Bantuan Manusia
Langka pertama kerja penyerbukan ini adalah pengambilan serbuk sari dari bunga jantan yang segar dan sedang anthesis (mekar), yang ditandai dengan warnanya yang kuning terang dan bau yang khas. Untuk menghindarkan kehilangan serbuk sari, sebaiknya bunga jantan yang akan diambil serbuk sarinya ditutup dengan kantong kertas atau kantong plastik, kemudian dipotong. Kantong yang berisi potongan bunga jantan tersebut, lalu diguncang-gungangkan agar serbuk sari terlepas.
Serbuk sari dari lapangan tersebut kemudian disaring (saringan 70 mesh) dan dikeringkan di dalam oven dalam suhu 380C selama 24 jam, dengan cara disebarkan di atas kertas setebal 0,65 cm. Setelah kering, serbuk sari disimpan dalam alat Desiccator yang dilengkapi silica gel yang mengaborsi uap air. Jika akan digunakan, serbuk sari dicampur dengan talk dengan perbandingan 1:10 dalam “baby dot” (puffer).
Penyerbukan dilakukan pada bunga betina yang sedang reseptif, dengan tanda putiknya berwarna kuning kemerahan, berlendir, berbau spesifik, dan kelopak bunga bagian atas sudah terbuka. Untuk memudahkan penyerbukan buatan, pembukaan kelopak bunga sampai bawah dapat dibantu dengan alat dari kayu yang ujungnya diberi 2 buah paku. Puffer yang berisi serbuk sari, pada bagian atasnya di tutup dengan kain kasa agar serbuk sari dapat keluar jika dihembuskan. Serbuk sari kemudian dihembuskan pada seluruh bagian bunga betina, sampai mencapai kepala putik, apabila pada hari penyerbukan tersebut serbuk sari tidak habis, maka sisanya harus dibuang sebab sudah tidak baik jika dipakai lagi.
Rotasi penyerbukan buatan pada tanaman menghasilkan tahun pertama dilakukan sekali dalam 3 hari atau 2 kali seminggu. Pada tanaman menghasilkan tahun kedua dan ketiga, penyerbukan dilakukan berdasarkan perhitungan bunga jantan yang mekar per ha setiap minggu. Jika bunga jantan lebih dari tiga buah per hektar, penyerbukannya dilakukan dengan rotasi setiap minggu. Sedangkan jika jumlahnya antara 3-5 per ha, penyerbukan dilakukan berdasarkan pertimbangan iklim atau hujan yang menghalangi pelaksanaan penyerbukan alama. Apabila bunga jantan jumlah lebih dari 5 per hektar, maka tidak perlu dilakukan penyerbukan buatan sebab bunga jantan dianggap sudah cukup untuk menyerbuki secara alamiah.
Demi keberhasilan penyerbukan buatan, kebersihan puffer harus selalu terjaga, kain kasa penutup botol harus diganti yang baru pada setiap pemakaian. Sebagai langkah akhir adalah harus dilakukan kontrol setelah dilakukan penyerbukan buatan agar tingkat keberhasilan penyerbukan buatan dapat diketahui dengan cara mengamati perkembangan warna putik dan perkemabangan bakal bijinya.
Penyerbukan serangga penyerbuk kelapa sawit (SPKS)
Untuk lebih mengintensifkan penyerbukan diperkebunan kelapa sawit, maka mulai tahun 1983 diperkenalkan serangga penyerbuk kelapa sawit yang diimpor dari Kamerun, Afrika. Nama serangga tersebut adalah Elaeidobius kameranicus. Kumbang ini termasuk ordo Coleoptera dengan panjang 4 mm, lebar 1,5 mm dan berwarna cokelat kehitaman.
Pelepasan Elaeidobius kameranicus di Indonesia, antara lain dilakukan di kebun percobaan Sungai Pancur, Pagar Merbau dan Aek Pancur di Sumatera. Proses penyerbukan oleh serangga penyerbuk kelapa sawit secara sederhana adalah sebagai berikut
Warna yang menarik dan bau spesifik dari bunga jantan yang sedang mekar akan menarik kumbang untuk mendekati dan hingga pada bunga tersebut. Sehingga serbuk sari akan menempel pada kumbang.
Ketika kumbang hinggap pada bunga betina yang sedang reseptif, maka serbuk sari yang menempel pada kumbang akan terlepas dan menyerbuki bunga bunga betina.
Kehadiran penyerbuk pada perkebunan kelapa sawit akan memberikan dampak positif maupun dampak yang kurang menguntungkan. Hasil pengamatan setelah lima tahun pelepasan Elaeidobius kameranicus dikemukakan oleh Masra Chairani, B. Taniputra dan Subroto (1989). Disebutkan bahwa peranan kumbang tersebut sebagai penyerbuk sangat efektif, dilihat dari meningkatnya berat tandan antara 19,84 – 67,25%; buah per tandan 8,55 – 12,93%, jumlah buah jadi 17,71 – 41,77% inti/tandan dan rata rata 5-6%; dan minyak /tandan 20,84 25,16%. Akan tetapi, kehadiran kumbang penyerbuk ini juga menimbulkan dapak yang merugikan, antara lain menyebabkan meningkatnya populasi tikus di areal perkebunan, sebab tikus suka memakannya. Akibatnya, hal ini dapat meningkatkan gangguan hama tikus.
Bagi anda yang minat, dapat menghubungi kami,
Tani Berkah Makmur
Jalan. Rambah Raya Kubang Jaya, Siak Hulu, Kampar, Riau.
Hp/WA. 0812 671 3776.